Jumat, 21 Mei 2010

Sekelumit tentang Pidato

Penulis:Abu Nabhan
Pidato akan berlangsung apabila memiliki unsur-unsurnya, yaitu: pembicara, materi pembicaraan dan obyek atau pendengar. Ketiga unsur tersebut harus lengkap, bila kurang satu unsur saja maka pidato tidak akan terlaksana.


1. PEMBICARA

Sebagai calon pembicara atau orator memiliki syarat-syarat sebagai berikut:

a. Mempunyai minat
Minat seseorang menentukan kelanjutan sikapnya dan ikut menentukan pula sukses tidaknya suatu tujuan, tanpa minat yang sungguh-sungguh tidak akan mungkin seseorang tekun mempelajari sesuatu, dengan minat akan menunjang keuletan dan ketekunan seseorang. Untuk itu tancapkan minat yang sungguh-sungguh dan mulailah untuk berlatih, terus dan terus sampai sukses.

b. Memiliki keberanian tampil (dihadapan hadirin)
Mau tidak mau seseorang yang berpidato akan berhadapan dengan hadirin, ia berdiri sendirian di atas mimbar/panggung dan menghadap pada hadirin sambil berbicara.

Bagi yang masih baru belajar, kondisi semacam ini akan benar-benar membuat gemetar, bercucuran peluh, pucat kontan wajahnya, bibir terasa berat, terkatup rapat, memaku kaku bagai patung hidup.

Sebenarnya penyebab dari ketakutan tersebut hanyalah pada faktor mata saja, karena pandangan sekian pasang mata itulah yang seakan ada kekuatan yang mematikannya. Disinilah kunci rahasianya, mata memang mempunyai kekuatan, seakan-akan merasuk, mendorong kedalam padahal dia hanyalah benda kecil yang lunak tidak punya kekuatan pisik.

Oleh karena itu :

☺ Anggap saja dalam hati bahwa hadirin yang di hadapan anda itu tuna netra semuanya.
☺ Jangan memandang pada mata hadirin, tetapi pandanglah pada rambut kepalanya secara merata sehingga menurut anggapan hadirin anda adalah orang yang berwibawa karena berani menatap semua hadirin (padahal hanya memandang rambutnya).
☺ Dan ingat jangan sekali-kali memandang yang tidak beralasan, misalnya sering memandang keatap atau lantai, karena tatapan kosong yang tidak beralasan membuat anda kurang berwibawa.
☺ Kunci sukses keberanian adalah dengan membiasakan diri sering tampil di depan. Sekali anda tampil sukses di hadapan umum maka rasa percaya diri anda semakin tebal dan anda semakin asyik dan senang menggeluti bidang ini.

c. Memiliki kemampuan menyampaikan
Bila kita mendengarkan pidato seseorang sehingga asyik dan mudah menangkap pembicaraannya, itu artinya penceramahnya pandai menyampaikan materi yang ada di benaknya, sehingga materi yang disampaikannya mudah difahami oleh pendengar.

Ada juga tipe penceramah yang pembicaraannya sulit ditangkap apalagi dimengerti, berarti penceramah tersebut kurang memiliki kemampuan menyampaikan.

Untuk memiliki kemampuan tersebut biasakanlah :

☺ Mendengarkan pidato/ceramah atau membaca buku yang berisi pidato/ceramah orang-orang yang ahli sambil mengamati dan menghayatinya.
☺ Sering-seringlah melatih diri dihadapan kawan anda dan susunlah materi pidato sebaik mungkin. Ambillah topik atau judul yang ringan-ringan dulu, jika sudah terbiasa tingkatlah pada yang lebih berat.

d. Memiliki suara yang baik
Faktor yang memegang peranan penting bagi pembicara adalah suara/vokal, kita sering mendengar keluhan orang-orang ketika selesai mendengarkan ceramah; “Sebenarnya ceramahnya bagus, cuma sayang suaranya kurang jelas”. Untuk itulah perlu sekali memperhatikan masalah vokal atau suara ini, hal-hal yang berhubungan dengan vokal ialah:

1. Warna Suara
Usahakan agar dalam mengeluarkan suara agak diatur, buatlah agak berat dan usahakan semerdu mungkin kendati suara kita bertipe dan pecah tapi dengan sedikit peningkatan paling tidak agak membantu penampilan suara anda.

2. Kejelasan Kata
Ucapkanlah huruf-huruf dan kata-kata dengan jelas, jangan tergesa-gesa dalam mengucapkan kata-kata, aturlah pernafasan, sebab ini akan membantu kejelasan pengucapan kata-kata.

3. Volume (Keras/lemahnya suara)
Perhatikanlah luas ruangan, jangan sampai suara anda terlalu keras atau terlalu lemah.

Pada ruangan yang sempit tekanan suara jangan terlampau keras, dan jika ruangan cukup luas dan yang hadir cukup banyak, pergunakanlah volume suara cukup keras yang sekiranya terdengar oleh yang berada di belakang.

4. Intonasi
Ketepatan irama suara: tinggi-rendah, keras-lemahnya suara kepandaian dalam mengiramakan suara mempunyai pengaruh yang kuat pada kalimat yang disampaikan. Pada kalimat yang mengandung unsur sedih misalnya, irama suara harus disampaikan dengan halus, lemah, terpatah-patah dan menyentuh, demikian pula jika kalimatnya menegenai kisah-kisah heroic, hendaklah disampaikan dengan suara tinggi, keras dan agak cepat.

Jika intonasi ini dikuasai benar-benar maka perasaan pendengar akan terbawa sungguh-sungguh oleh pembicara dan merupakan kunci sukses dalam pidatonya. Tentunya ini tidak dapat dicapai dalam tempo singkat, tetapi perlu waktu , waktu berlatih dan jangan bosan berlatih.

e. Berpenampilan simpatik
Penampilan seorang pembicara turut menentukan sukses tidaknya sebuah pidato. Diusahakan penampilan itu mencerminkan kepribadian yang kuat, menarik dan simpatik.Yang berhubungan dengan penampilan ini ada tiga hal yang perlu diperhatikan:

1. Pakaian
Penampilan fisik seorang pembicara ikut berperan penting dalam sukses dan tidaknya pidato, karena penampilan fisik seseorang mencerminkan pribadinya, penampilan fisik yang menarik akan membantu misinya. Oleh karena itu carilah dulu informasi tentang situasi atau keadaan medannya, agar penampilan kita tidak mengecewakan, berpakaianlah yang sesuai dengan forum waktu itu.

2. Gaya atau Akting
Gaya atau gerak tubuh amat membantu mantapnya penampilan, lakukan asal sesuai, artinya kalau gaya terlampau berlebihan akan membuat muak bagi pendengar, demikian pula kalau geraknya kurang maka nampak kaku.

Berjalanlah keatas mimbar dengan sigap, tegap dan sopan. Sesudah berada diatas mimbar pandanglah hadirin dengan pandangan yang manis, berseri-seri, dan jangan menunjukkan kelemahan, sembunyikanlah serapi mungkin.

Dari awal sampai akhir usahakan setiap kata-kata tersusun sebaik mungkin, jangan sekali-kali banyak bergerak, seperti melihat keatas, kebawah, kesamping, bertolak pinggang, memegang-megang hidung, memasukkan kedua tangan kedalam saku, memegang-megang kancing baju, meletakkan kedua tangan diatas perut, tidak berani melihat wajah hadirin dan sebagainya.

Peganglah erat-erat kedua sisi mimbar bila diatas mimbar dan lebih baik kedua tangan dilipat dibelakang badan dengan berdiri tegap bila tanpa mimbar. Dan bila perlu persiapkanlah sapu tangan karena terkadang keluar busa air liur pada waktu pidato sehingga tidak enak dipandang mata. Dibutuhkan waktu dan kesabaran untuk dapat bergaya dan kunci suksesnya terletak pada kemauan untuk sering melakukan latihan.

3. Mimik atau gerak wajah.
Mimik ini akan lebih membantu penampilan baik dari segi rupa atau suara, karena otot-otot yang ada pada wajah ada hubungannya dengan mulut, dengan demikian keduanya saling mempengaruhi.

Sebelum mengeluarkan suara sebaiknya pusatkan perhatian (konsentrasi) dan tanamkan kepercayaan pada diri sendiri, jika perlu tariklah nafas dalam-dalam tetapi jangan sampai kedengaran atau terlihat oleh hadirin, aturlah pula jarak dengan mike sedemikian rupa.

Yang penting bagi calon orator hendaklah selalu ada keinginan untuk maju, mengadakan peningkatan-peningkatan, memperhatikan kelemahan yang ada pada dirinya, jangan suka cepat merasa puas.



2. BAHAN/MATERI

Memperkaya diri dengan bahan pembicaraan amat penting sekali. Unsur pidato yang kedua ini merupakan inti dari segalanya. Untuk itu ada hal-hal yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut:

a. Cara mendapatkan materi
Untuk memiliki materi atau bahan biasakanlah:
☺ Sering membaca kitab, buku, majalah, bulletin.
☺ Sering mendengarkan siaran berita TV, Radio
☺ Sering mendengarkan pidato atau ceramah.
☺ Mendengarkan pengalaman atau anecdote seseorang.
☺ Mengamati keadaan masyarakat sekitar kita, sehingga mempunyai masukan-masukan yang nyata (realis).

Yang penting biasakanlah anda menjadi pengumpul berita dan pengetahuan sebanyak-banyaknya, agar anda menjadi manusia yang selalu siap tampil kapan dan dimana saja.

b. Memilih materi
Untuk tampil dalam suatu acara perlu memiliki materi, agar penampilannya nanti tidak mengecewakan hadirin. Untuk itu ada patokan-patokan yang perlu diperhatikan yaitu:

1. Materi sesuaikan dengan acara.
Dalam suatu acara biasanya disusun dengan sederetan pidato-pidato, diantaranya ada pidato inti dan pidato sambutan.

Pidato inti merupakan inti acara, inilah yang ditunggu penampilannya oleh hadirin. Jika anda sebagai pembicara ini, berarti waktu untuk anda agak luas dan carilah materi yang cocok dengan acara waktu itu. Dan apabila anda diminta sebagai penyambut maka ambillah materi yang ada kaitannya dengan posisi anda dalam hubungannya dengan acara tersebut yang seyogyanya berkisar pada:
a. Menyampaikan terima kasih pada para undangan
b. Mohon maaf atas kekurangsempurnaan penyambutan.
Jika anda sebagai ketua panitia, materi yang perlu disampaikan
adalah:

a. Menyampaikan terima kasih atas bantuan dan kedatangan para undangan.
b. Menyampaikan maksud dan tujuan diselenggarakannya acara tersebut.
c. Mohon maaf atas kekurangsempurnaan pelaksanaan.

Ingat, materi jangan ngelantur karena posisi anda hanya sebagai pelengkap, bukan sebagai pembicara inti. Dalam menyambut jangan melampaui wewenang penyambut yang lain atau pembicara tunggal, karena hal itu kurang etis.

2. Jumlah materi sesuaikan dengan alokasi waktu
Bila kita menjadi pembicara tunggal maka waktu untuk bicara bisa berlangsung agak lama kurang lebih 1-2 jam, untuk waktu yang lapang seperti ini tentunya harus mempersiapkan materi yang agak banyak.

Tapi terkadang kehadiran pembicara tunggal bisa berfungsi sebagai pelengkap, jika acaranya memang bukan hanya untuk dia. Tentunya dalam hal ini pembicara tunggal harus mengerti dan bijaksana dalam mengatur waktu, untuk itu waktu yang baik bagi pembicara sekitar 20-30 menit. Oleh karena itu pilihlah materi yang tidak terlampau banyak.

Adapun untuk penyambut yang baik hendaknya pidatonya hanya memakan waktu kurang lebih 5 menit.


c. Isi/Kandungan materi
Setelah memilih bahan yang sesuai dengan acara, maka yang perlu mendapat perhatian adalah isi atau kandungan materi yang ada dalam pidato anda, untuk perhatikanlah hal-hal dibawah ini:



1. Data autentik/akurat
Yang dimaksud dengan data autentik, misalnya jika anda tampil sebagai penceramah agama misalnya, maka harus ada ayat-ayat Al-Qur’an dan hadits Nabi SAW atau salah satunya yang anda nukil, agar menambah keyakinan pendengar dan menambah bobot penampilan anda. Dan sebagai catatan disini bahwa lafazh “al-ayat” diucapkan manakala ayat yang dibaca tidak selesai sampai akhir ayat, begitu juga lafazh “al-hadis” diucapkan manakala hadis yang dibaca itu tidak sampai selesai. Artinya kedua lafzh tersebut jangan diucapkan bila memang ayat atau hadits tersebut dibaca sampai selesai.

Mengambil sumber dari sumbernya yang berbobot akan menambah nilai ceramah, menunjukkan bahwa penampilannya benar-benar dengan pemilihan dan persiapan materi yang matang.

2. Uraian
Disamping ada data yang autentik/akurat tersebut, maka perlu ada uraian-uraian untuk merangkainya sehingga menjadi semakin jelas.
Uraian yang baik akan menjadikan orang faham dan jelas terhadap pidato pembicara.

3. Ilustrasi/Hiasan
Disamping ada data dan uraian masih ada lagi faktor penentu meskipun ia berfungsi sebagai bumbu pelengkap, yakni ilustrasi atau hiasan, kendati berfungsi sebagai pembantu justru kalau tepat pengambilan dan penggunaannya akan menjadikan isi kian berbobot, ilustrasi pun bisa merusak kalau pembicara lepas kontrol.

Oleh karena itu ilustrasi amat perlu dan usahakan tepat menempatkannya, misalnya dikala orang sudah mulai resah dan bosan. Ilustrasi bias berupa kisah, riwayat, anecdote dan humor.

d. Membuat Persiapan
Membuat persiapan menentukan baik tidaknya penampilan pembicara. Membuat persiapan seperti mengolah atau memasak masakan di dapur, meski bahannya baik dan istimewa tetapi jika cara mengolahnya kurang baik maka akan menjadi hidangan yang tidak enak dan tidak disukai.

Persiapan yang lebih dini tentu hasilnya lebih baik dan diusahakan dibuat dengan tertib, cermat, hemat dan tepat. Di dalam membuat persiapan ada tiga macam cara:

1. Persiapan terinci, adalah persiapan bagi calon pembicara yang baru pertama kali tampil, persiapannya dibuat secara mendetail.
2. Persiapan global, adalah untuk pembicara tingkat menengah dan sudah lancar, sehingga persiapan yang dibuat hanya inti-intinya saja.
3. Persiapan bayangan, ialah persiapan yang dibuat dalam ingatan saja. Persiapan semacam ini dipakai oleh pembicara yang sudah beken dan mahir.

Pada dasarnya membuat persiapan dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:

a. Pembukaan
Yang diucapkan pada pembukaan adalah Tahmid lalu mengucapkan dua kalimat syahadat lalu dilanjutkan dengan kata pengantar, yakni kata pembuka untuk mengantar pada isi, agar tidak nampak kaku. Pengantar yang baik akan membantu membuka jalan pada penangkapan uraian selanjutnya.

b. Isi
Seperti telah diterangkan di atas bahwa isi mengandung tiga unsur, yaitu data, uraian dan ilustrasi. Untuk merangkum ketiganya dibutuhkan cara tersendiri, agar olahan atau masakan materi tersebut menjadi enak dinikmati dan mudah difahami. Cara tersebut berpegang pada 5 prinsip:

1. Prinsip Membidik
Sebelum membuat uraian isi, anda harus punya sasaran atau tujuan untuk apa pidato ini?, setelah punya sasaran tentukanlah topik atau judul ceramah anda.


2. Prinsip Roda
Dalam menyajikan dan menguraikan hendaklah selalu berkisar pada judul atau topik yang anda maksud, jangan menyimpang dari judul. Pembicara yang tidak berpegang pada prinsip ini akan melantur kesana kemari tanpa dapat meringkas atau menyimpulkan ceramahnya.

3. Prinsip Isi Air
Hendaklah menyampaikan pengertian secara sedikit demi sedikit, tahap demi tahap dan hati-hati, karena mustami’ memiliki tingkat pemahaman yang berbeda. Dalam hal ini dibutuhkan kesabaran, jangan emosi.

4. Prinsip Akar Tunjang
Dalam menguraikan masalah silahkan uraikan sejelas-jelasnya tapi harus ingat dan jangan lupa mengembalikan pada pokoknya. Untuk hal ini diperlukan penguasaan diri, oleh karena itu sebelum tampil buatlah persiapan dengan rangkaiannya dengan tepat, ini akan banyak membantu dalam membatasi diri atau masalah.

5. Prinsip Bungkus
Untuk membawa sejumlah barang akan lebih mudah dengan membungkusnya, demikian pula dalam pembicaraan, jika anda berbicara tanpa diakhiri dengan membungkusnya atau menyimpulkannya maka kurang sempurna jadinya, sebab menyimpulkan pembicaraan akan membantu pendengar untuk lebih mengerti kandungannya.

c. Penutup
Sebelum mengakhiri pidato jika dianggap perlu menyimpulkan isi pidato secara ringkas, bersikap himbauan, nasehat, ucapan do’a. Sesudah itu mohon maaf atas kesalahan dan kekurangan di dalam penampilan maupun didalam menyampaikan isi pidato tersebut. Penampilan akan nampak indah dan etis dengan pengawalan dan pengakhiran yang baik, tidak kelihatan gersang dan janggal.




e. Menyajikan Materi

Target yang harus dicapai adalah bagaimana agar pendengar mengerti dan faham akan materi yang disampaikan. Untuk itu cara menguraikan materi jangan terlampau berat dan jangan terlampau ringan, usahakan yang sepadan dengan tingkat pendengarannya.

Hal ini memang dibutuhkan pengalaman tersendiri. Cara mengetahui tingkat pengetahuan atau cara berfikir pendengar diantaranya dengan: Melihat daerah tempat tinggal mereka, cara berpakaian mereka dan sebagainya.

Usahakan yang disampaikan itu yang mudah, memakai bahasa yang pas dengan tingkat mereka. Pidato yang baik adalah singkat, padat, berisi, sederhana, wajar, lancar, jelas, lugas, menarik dan jujur. Ingat mereka perlu mengerti bukan ingin menikmati deklamasi.

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menyajikan materi, antara lain:

1. Yang Hidup
Usahakan menyajikan dengan gaya yang hidup, artinya jangan terlalu formil, jadinya akan kaku dan kurang komunikatip. Jangan suka membaca persiapan atau teks secara menyeluruh. Persiapan hanya sekedar garis besar, bukan untuk dibaca kecuali bagian tertentu yang sangat diperlukan, sebab dengan membaca akan membuat penampilan kurang hidup. Memang diperlukan waktu dan pengalaman dalam hal ini, tetapi bersabarlah dengan sering berlatih dan terus carilah pengalaman sebanyak mungkin.

2. Jangan Menggurui
Diantara yang tak kalah pentingnya adalah jangan mendoktrin pendengar, ajaklah mereka bicara dan jangan sekali-kali menggurui mereka, nanti berakibat mereka membenci kita. Jika kita perlu mengkritik misalnya, lakukanlah dengan cara yang halus dan sopan dengan sedikit diselingi humor yang segar dan tidak jorok, sehingga kritikan tersebut terasa tidak begitu menusuk.

3. Santai Jangan Tegang
Hendaklah materi disajikan dengan tenang dan santai tidak tegang, hal ini akan menumbuhkan ikatan batin dengan pendengar, dan jika itu terwujud maka apa yang menjadi tujuan kita akan tercapai, apa yang kita sampaikan dapat mereka fahami.



3. PENDENGAR

Pendengar sebagai obyek pembicara mempunyai keragaman baik usia, jenis maupun tingkatan. Pembicara yang baik adalah yang mengenal medannya, dengan siapa dia bicara, dengan anak-anak, remaja atau orang dewasa?. Apakah mereka dari kalangan intelek atau awam? Jenis kelamin laki-laki atau perempuan?. Tanpa mengenal sifat medan ini, kehadirannya mengakibatkan kekecewaan belaka.

Sebelum pembicara tampil, jauh sebelumnya ia harus mencari tahu kira-kira yang akan hadir itu siapa saja?, kemudian dari kelompok usia mana saja?. Kadang-kadang secara mendadak materi bisa berubah karena dugaan kita meleset, kita menyangka yang hadir itu orang tua, ternyata yang hadir kebanyakan dari golongan remaja. Usahakan semua golongan yang hadir itu merasa kebagian dan tetap asyik mendengarnya.

Dibawah ini sekedar patokan yang sekiranya perlu diperhatikan:

No Pendengar Bahasa Cerita/Kisah Humor
1 Golongan Anak-anak Ringan Paling senang Perlu
Remaja Bermutu Perlu Perlu
Dewasa Sedang Perlu Perlu
2 Tingkatan Awam Sedang Senang Senang
Terpelajar Bermutu Perlu Kurang penting
3 Jenis Laki-laki Sedang Senang Senang
Perempuan Sedang Senang Senang



Agar penyajian menjadi pidato itu enak, jelas dan mengasyikkan maka ilustrasi perlu ada, akan tetapi harus ingat bahwa ilustrasi bukanlah tujuan dan bila tidak tepat menempatkannya justru akan mengaburkan pengertian dan memuakkan pendengar.
Ilustrasi bisa berupa:

1. Cerita
Jika cerita anda pas dengan alur pidato anda maka pendengar akan lebih jelas dan asyik dengan penampilan anda.

2. Kisah/Pengalaman
Pengalaman pribadi akan menjadikan kepercayaan pendengar tetapi janganlah menyampaikan kisah atau pengalaman yang bersifat menyanjung atau menonjolkan kebaikan diri anda, karena hal itu pun biasanya akan memuakkan pendengar.

3. Sejarah
Antara sejarah dan pengalaman ada kesamaannya yaitu sama-sama pernah terjadi. Perkayalah diri anda dengan keduanya dan alangkah lebih baik bila sejarah tersebut bukan hanya dibaca, tetapi juga dianalisa, dicari sebab akibat dan hikmah yang terkandung padanya.

4. Humor/Lelucon
Rasa humor akan timbul bila melihat atau mendengar hal-hal:

☺ Menonjolkan Keganjilan
☺ Menonjolkan Kemustahilan
☺ Menonjolkan Keunikan
☺ Menonjolkan Kreatifitas

Keempat unsur tersebur akan menggelitik perasaan, membuat orang tersenyum atau tertawa terpingkal, baik disajikan dalam gambar, suara atau gerak. Membuat humor segar dalam pidato dibutuhkan pengalaman tersendiri, akan tetapi anda jangan lupa pada prinsipnya bahwa anda tampil di mimbar bukan untuk melawak, untuk itu yang harus diingat adalah:

☺ Humor bukan tujuan
☺ Humor hanya bersifat melengkapi
☺ Letakkan humor pada situasi yang tepat
☺ Hindarilah humor yang bersifat porno dan jorok.




Dilihat dari macamnya, pidato ada 3 macam:

1. Pidato Inti
Pidato Inti artinya pidato yang merupakan inti dari acara yang sedang berlangsung, pembicara inti merupakan tokoh penting pada acara itu. Bila anda menjadi pembicara inti maka pergunakanlah waktu setepat-tepatnya dengan penampilan sebaik-baiknya, jangan tampil dengan waktu yang terlampau lama atau terlalu singkat.

Jika penampilan anda kurang mengena, waktu dapat anda kurangi dari yang direncanakan, dan jika penampilan anda atau situasi pendengar sudah mulai gelisah pertanda mulai bosan dan anda kurang mampu menguasai medan maka anda boleh menyingkat waktu pada situasi tersebut tetapi usahakan semua materi anda tersampaikan dengan cara meningkat uraiannya, sebab jika terpotong berarti penampilan anda sia-sia.

2. Pidato Pelengkap
Yang dimaksud Pidato Pelengkap adalah pidato yang fungsinya sebagai pengiring atau pelengkap acara agar tidak nampak janggal, misalnya sambutan. Bagi yang diserahi sebagai penyambut hendaklah tahu diri, ketika tampil jangan berceramah, karena itu haknya penceramah, biasanya penampilan penyambut adalah:

☺ Menyampaikan rasa syukur dan terima kasih kepada semua pihak yang membantu dan hadir pada acara tersebut.
☺ Mohon maaf jika ada kekurang sempurnaan, dan mungkin
☺ Memberikan informasi atas kegiatan-kegiatan yang ada, atau mungkin
☺ Memberitahukan maksud diselenggarakannya acara tersebut.



3. Pidato Pengantar
Adapun yang dimaksud Pidato Pengantar ialah pidato yang dibawakan oleh MC (Master of Ceremony/Pembawa Acara). Fungsi MC adalah mengantar jalannya acara, walaupun ia bukan inti, akan tetapi MC ikut menentukan sukses dan tidaknya acara.

Sebagai pembawa acara dibutuhkan pengalaman tersendiri dan seni tersendiri, dan ia mempunyai fungsi pokok:

☺ Membuka dan menutup acara
☺ Mempersilahkan dan menyampaikan terima kasih setelah yang dipersilahkan tadi telah melaksanakan tugasnya.

Oleh karena itu MC jangan sekali-kali mengulas atau mengomentari pidato yang telah disampaikan, disamping tidak etis, juga akan mengaburkan pengertian dan menyita waktu.



Rasulullah SAW merupakan uswah hasanah (suri tauladan yang baik) dalam segala hal dan petunjuknya merupakan sebaik-baik petunjuk, termasuk di dalam berkhutbah. Dalam beberapa riwayat tercatat bahwa beliau tidak berkhutbah kecuali selalu memulainya dengan Tahmid dan Tasyahud (mengucapkan dua kalimat syahadat), bukan dengan Salam, bukan dengan Basmalah, bukan dengan Tahmid tanpa Tasyahud, bukan dengan Tahmid dan Shalawat juga bukan dengan Tahmid yang memakai taukid (menyebut alhamdulillah 2X).

Diantara contoh-contoh tahmid

A. TAHMID RASULULLAH SAW
1. Riwayat dari Ibnu Abbas
a. Lafazh Muslim, Ahmad dan Ibnu Hibban:
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِينُهُ مَنْ يَهْدِهِ اللَّهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ أَمَّا بَعْدُ

b. Lafazh An-Nasaiy:
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِينُهُ مَنْ يَهْدِهِ اللَّهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ اللَّهُ فَلَا هَادِيَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ أَمَّا بَعْدُ

c. Lafazh Al-Baehaqi pada As-Sunanul Kubro:
الحمد لله نحمده ونستعينه من يهده الله فلا مضل له ومن يضلل فلا هادي له واشهد ان لا اله الا الله وحده لا شريك له وان محمدا عبده ورسوله اما بعد

d. Lafazh At-Tobroni pada Al-Mu’jamul Kabir:
الْحَمْدُ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِينُهُ، مَنْ يَهْدِ اللَّهُ فَلا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلا هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنْ لا إِلَهَ إِلا اللَّهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ

e. Lafazh Al-Baehaqi pada Dalailun Nubuwwah:
إن الحمد لله ، نحمده ، ونستعينه ، من يهده الله فلا مضل له ، ومن يضلل فلا هادي له ، أشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له


2. Riwayat dari Ibnu Mas’ud
a. Lafazh Abu Dawud:
الْحَمْدُ لِلّهِ نَسْتَعِينُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوذُ بِاَللّهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا مَنْ يَهْدِ اللّهُ فَلَا مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إلَهَ إلّا اللّهُ وَأَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ

b. Lafazh Ibnu Majah:
الْحَمْدُ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِينُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللَّهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ


c. Lafazh Al-Baehaqi pada As-Sunanul Kubro:
الحمد لله نحمده ونستعينه ونستغفره ونعوذ بالله من شرور انفسنا من يهده الله فلا مضل له ومن يضلل فلا هادى له اشهد ان لا اله الا الله واشهد ان محمدا عبده ورسوله
الحمد لله نحمده ونستعينه نعوذ بالله من شرور انفسنا من يهده الله فلا مضل له ومن يضلل فلا هادي له اشهد ان لا اله الا الله واشهد ان محمدا عبده ورسوله

d. Lafazh Abdur Rozzaq:
الحمد لله نحمده ونستعينه ونستغفره ، ونعوذ بالله من شرور أنفسنا ، من يهدي الله فلا مضل له ، ومن يضلل فلا هادي له ، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له ، وأشهد أن محمدا عبده ورسوله
e. Lafazh Al-Hakim:
الحمد لله نحمده ونستعينه ، ونستغفره ، ونعوذ بالله من شرور أنفسنا ، من يهده الله ، فلا مضل له ، ومن يضلل فلا هادي له ، وأشهد أن لا إله إلا الله وأشهد أن محمدا عبده ورسوله
f. Lafazh At-Tobroni pada Al-Mu’jamul Ausath:
الحمد لله نحمده ونستعينه ، ونعوذ بالله من شرور أنفسنا ، من يهده الله فلا مضل له ، ومن يضلل فلا هادي له ، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له ، وأشهد أن محمدا عبده ورسوله
g. Lafazh Ad- Darimiy:
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِينُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ ، وَنَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا ، مَنْ يَهْدِهِ اللَّهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِىَ لَهُ ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ



h. Lafazh Abu Ya’la Al-Maushiliy:
إن الحمد لله نحمده ونستعينه ، ونعوذ بالله من شرور أنفسنا ومن سيئات أعمالنا ، من يهده الله فلا مضل له ، ومن يضلل فلا هادي له ، وأشهد أن لا إله إلا الله ، وحده لا شريك له ، وأشهد أن محمدا عبده ورسوله

3. Dalam Riwayat Al-Baehaqi pada Sunan Kubro dari Ibnu Syihab dengan sanad yang mursal:
ان الحمد لله نحمده ونستعينه ونستغفره ونعوذ به من شرور انفسنا من يهده الله فلا مضل له ومن يضلل فلا هادي له واشهد ان لا اله الا الله وان محمدا عبده ورسوله

4. Dalam Riwayat Al-Baehaqi pada Syu’abul Iman, Ibnu Majah, Al-Hakim, At-Tobroni pada Al-Ausath dari Aisyah:
الحمد لله الذي بنعمته تتم الصالحات
Lafazh Tahmid ini Rasulullah SAW mengucapkannya bila ada urusan yang menggembirakan

B. TAHMID-TAHMID LAIN:

 الحمد لله الذي أرسل رسوله بالهدى ودين الحق ليظهره على الدين كله ولو كره المشركون.
 الحمد لله الذي أرسل رسوله بالهدى ودين الحق ليظهره على الدين كله وكفى بالله شهيدا.
 الحمد لله الذي هدانا لهذا وما كنا لنهتدي لولا أن هدانا الله
 الحمد لله الذي ضمن السعادة في الدنيا والآخرة لمن آمن وعمل عملا صالحا
 الحمد لله رب العالمين، وبه نستعينه على أمور الدنيا والدين
 الحمد لله والشكر لله
 الحمد لله والشكر على نعمة الله
 الحمد لله الذي برحمته يتراحم عباده المؤمنون، وبتوفيقه يهتدي الضالون، ويرتدع الظالمون.
 الحمد لله الذي أمرنا بالتقوى ونهانا عن اتباع الهوى
 الحمد لله الذي أنعم علينا بنعمة الإيمان والإسلام

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cara Memasukkan Artikel

1. Masuk ke blogger.com; atau supaya lebih mudah klik saja gambar di bawah ini:

Photobucket

2. Isi kotak Nama pengguna (Email): dengan

pemudabandung@ymail.com

3. Isi kotak Kata Sandi: (?) tanpa spasi dengan

**********

4. Klik kotak MASUK

5. Klik kotak ENTRI BARU

6. Tulis judul dan masukkan artikel ke dalam kotak di bawahnya

7. Setelah selesai klik kotak TERBITKAN ENTRI